Rasulullah saw diakui dunia sebagai seorang pemimpin yang jujur. Bila berjanji kepada masyarakat yang dipimpinnya, ia tunaikan janji sesuai dengan tuntutan Allah swt
Berdasarkan hadis riwayat Bukhari dan Muslim, Rasulullah saw pernah berjanji kepada Jabir. Kata Jabir, “Rasulullah saw berjanji kepadaku, ‘Nanti kalau harta dari Bahrain datang, kau akan kuberi sekian dan sekian’. Ternyata harta yang disebutnya itu tidak kunjung datang sampai Rasulullah saw wafat.”
Dan ketika harta dari bahrain itu datang (setelah Rasulullah saw wafat), Abu Bakar menugasi seseorang menyampaikan pengumuman, ‘siapa yang pernah diberi janji oleh Rasulullah saw atau meminjamkan sesuatu kepadanya, segeralah menghubungi kami’. Maka aku (Jabir) segera datang menghubungi Abu bakar dan menyampaikan janji Rasulullah saw kepadaku. Lalu aku mengambil dua genggam tangan penuh, setelah dihitung ternyata ada 500 (lima ratus). Akhirnya Abu Bakar menyuruh aku mengambilnya dua kali lipat ganda.”
Itulah contoh janji pemimpin besar umat Islam. Sebenarnya Rasulullah saw telah bebas dari pertanggungjawaban itu, kerana dia telah wafat sebelum datang apa yang menjadi syarat untuk melaksanakan. Tetapi Abu Bakar sebagai ahli warisnya memandang perlu janji itu dipenuhi, kerana saling menghormati janji yang dibuat Rasulullah saw.
Dari peristiwa di atas, dapat difahami bahawa Islam membenarkan umatnya berjanji memberi atau mengerjakan sesuatu kepada seseorang atau orang banyak kerana keberhasilannya mencapai sesuatu.Namun janji Rasulullah saw itu tidak ada kaitannya dengan pencalonannya sebagai pemimpin.
Janji untuk memberi atau melakukan sesuatu ke satu pihak dikaitkan dengan pemilihan peminpin,dianggap sebagai sebuah usaha merebut kekuasaan. Ingat kata Rasulullah saw yang diriwayatkan oleh Bukhari dari Abu Hurairah ra, “Sungguh kamu akan berebut pengaruh atau jabatan atau kedudukan dalam pemerintahan, kelak di hari kiamat hal itu menjadikan kamu penuh penyesalan.”
Besarnya tanggungjawab terhadap sebuah janji mengingatkan umat Islam agar hati-hati membuat janji. Jangan asal berjanji agar apa yang dituju dapat tercapai dan setelah itu janji tinggal janji.
Cukup banyak contoh negatif di tengah masyarakat akibat seseorang atau sekelompok orang memungkiri janjinya. Tidak kurang dari kerugian orang yang menepati janji, yang berjanji mungkir pun dapat menerima risiko atau nasib buruk. Kepercayaan orang boleh hilang, harga diri menjadi pudar.
Ingatlah Firman Allah swt dalam surat Al-Ma’idah ayat 1 yang bermaksud, “Hai orang-orang yang beriman, penuhilah setiap kamu berjanji.” Kekeliruan Bani Israel pada zaman Nabi Musa antara lain adalah sikap memungkiri janji.Sesungguhnya umat Islam Harus berwaspada.“Tanda orang munafik ada tiga. Pertama, apabila berkata ia dusta. Kedua, bila diberi kepercayaan ia khianat. Ketiga, bila berjanji ia ingkar.” SUMBER: DHOMIR.COM